Suami.


karena yang menerima seperti ini hanya kamu
karena kamu hadir dan menetap tanpa alasan
walau bisa pergi dengan sejuta alasan
seperti lagu yang berputar
dinyanyikan dengan semangat bernada sumbang
akan tetap indah jika semua tahu
itu adalah ritme bahagia


bicara rasa
akan berbicara gila
aku tidak mau gila
jika bukan untuk kamu


dan kamu mungkin si empunya rusuk
tapi yang membuat senyum adalah kau yang berdiri di depan saat saya menghadap sajadah
kau yang bicara panjang lebar
kau yang biasanya tidak terlalu mendengar
tapi selalu menyediakan hasrat yang membakar


karena kita dua
menjadi satu


karena cincin ini bermakna
dan tidak akan lepas


karena ijab mu telah terikrar
dan semua telah saya terima


karena kita akan menjadi keluarga
dan kita akan bersama
sampai hari tua
sampai romantisme hanya cerita
cerita basi yang tidak pernah lekang
akan menjadi senyum saat di ingat ulang


karena akan ada darah kita
menjadi nyawa yang akan kita besarkan
menjadi jiwa yang akan membanggakan


kamu dunia
kamu semua yang saya punya
dan tuhan akan saya sujud
syukur terima kasih
karena kamu.
karena aku dan kamu telah menjadi kita.


kamu titik
tempat akan pulang
dari semua penat
kita akan tidur bersama
berbagi waktu dan kisah
berbagi ruang dan nafas
mengatakan cinta dan rindu
melaksanakan kewajiban dan berbagi hak.


karena saya istri.
dan kamu suami.
kita keluarga.
halal untuk bercinta
halal untuk bertengkar
tapi semoga tidak berpisah
mari tua bersama.


for my wedding at 27 May 2012.

Biar Saya Yang Tahu. Tuhan Pun Tidak Perlu Tahu.


manusia cenderung ingin melihat dirinya sebagai pemberani
merasa berani
harus berani
sok berani
apa yang salah menjadi pengecut?
manusia tumbang
apa memang harus selalu berdiri?
begini, saya tidak melihat diri saya melulu ingin special di mata tuhan.
tuhan punya mata sendiri
penilaian sendiri.
saya tidak merasa tuhan harus selalu tahu..
jika
jika itu tentang saya.
saya kecil. bukan sesuatu besar.
saya tidak memandang diri melulu special di mata orang.
walau ingin
walau berharap.
tapi apalah saya tanpa menjadi orang lain?
apa saya bisa menjadi diri sendiri?
saya takut. pesimis.
apalah saya jika tanpa luka?
apalah saya jika selalu ingin bahagia?
saya krisis tentang dunia. saya krisis terhadap orang lain.
tapi apalah saya menjadi diri sendiri?
saya memandang semua sama. tidak ada yang harus dilebihkan.
kecuali terhadap yang saya butuhkan,
bumbu dalam kesedihan dan kebahagiaan
teman berbagi kesetiaan.
mungkin sebagai teman, kekasih, tapi saya rasa lebih kepada keluarga.
satu darah. satu rahim. satu rusuk.
seperti ibu, adik, suami.
karena kekasih penyenang hati, sedangkan suami adalah dua yang menjadi satu.

saya kerap tahu, otak saya hanya biasa.
biasa dalam sebuah sesuatu yang sangat biasa.
yang ganjil dan tidak terprogram
membiarkan semua angka terlewati dengan mengalir.
saya berkata: tuhan tidak memberi jawaban. saat saya tidak akan bertanya.
saya percaya tuhan tidak memberi apa yang kita mau, tapi dia memberikan apa yang kita butuh.
maka akan berjalan.. pengakuan demi pengakuan. rasa demi rasa. jadi ikrar. jadi pola.
jadi bentuk. yang akan dijahit dari kain kain yang belum bersatu, oleh satu kaitan benang yang terlihat rapuh.

apa kita berbohong? mengingkari?
lari dari satu ke dua? hingga ada tiga dan empat?
apa semua rasa itu benar, apa bohong hanyalah jembatan untuk menilai benar?
karena jawaban tidak selalu harus dijawab.
dan jawaban tidak selalu benar.
dan benar tidak selalu benar.
lalu salah? akan selalu menjadi salah.

maka maaf, maaf.
maaf tidak berdiri tanpa kesalahan
kesalahan tidak akan berdiri tanpa tindakan
tindakan tidak kan berdiri tanpa tujuan awal.
kapan kita memulai tujuan awal?
karena awal pasti titik.
dimana mencari titik?

maaf akan membenci titik.
karena penyesalan bukan jawaban yang ingin kita akui.
maka kita akan kembali kepada berani.
berani.
berani?
apa harus menjadi berani?

saya tidak mengingkari janji. tidak akan.
saya tidak akan menjilat darah dari luka.
atau menaruh garam pada luka.
mereka akan sembuh.
sembuh pada waktunya.
dan tangisan akan berhenti
semua bahagia akan kembali
pada usia
pada perkataan klasik waktu akan membilas
maka kita berterima kasih kepada si pemberi waktu
ya, hanya saya yang tahu. tuhan tidak perlu tahu.
karena ini hanya soal saya. dan saya.