Saya Rasa Dia Ibu.

dia mempesona
mungkin ketangguhannya teruji dalam menjalani hidup
saya sangat mengaguminya
sebagai seorang wanita
bukan sebagai seorang ibu.

ku lihat peluhnya
lelah yg terbawa dari tempat dia berkerja
dia mengeluh .. sedikit: capek.
mengecup gelas dengan teh hangat
lalu masuk istananya
tempat dia menghabiskan waktu
dalam dinding yang seperti tak tersentuh dalamnya
tempat sang raja dan ratu.

dia wanita dingin
tidak hangat
- mungkin hanya untuk saya? -
kulihat garis-garis bertambah tua
di wajahnya .. di tubuhnya
setelah sebelumnya dia wanita yg sangat memikat
cantik dan seksi luar biasa
di balut baju yang mungkin blm mampu saya beli
tp kecantikan tidak lekang saat usianya bertambah
masih bisa di temui - dalam senyumnya yg jarang.
semua masih sama
sejak dahulu
kecantikan .. kehebatan .. dan sebuah perasaan tidak mengerti.

ya. dia dan saya tidak pernah saling mengerti.
ruangan akan terasa panas jika ada saya dan dia berada di dalamnya
dan akan tertinggal sebuah emosi yg menjadi arang blm mati
panas .. berasap
medan perang yang msh menyisakan bau kepedihan.

kita memegang granat
yang siap di lempar.
tak ada nada ibu yang bertanya apakah saya sudah makan
hanya hentakan keras tentang semua masalah
tentang yang lalu
dan akhirnya membuat kemungkinan tentang masalah di kedepannya

saya tersiksa
dengan dia.
seperti tidak mengenal 1 sama lain
dia terlalu banyak mengadili
menghakimi
tentang apa yang dia pikirkan
tanpa lebih dahulu bertanya
semua yang keluar dari mulutnya
adalah pasti
meskipun itu blm tentu benar
- bahkan benar - benar melenceng -

dia hebat.
percayalah ..
membesarkan 4 anak .. berjuang dan merelakan banyak hal
hanya untuk nafas 4 anaknya.
tp dia mungkin tidak sadar:
makan saja tak cukup untuk menghangatkan tubuh kita
dia sukses menghidupi saya .. tp gagal mengenal saya

ku ingat sebuah teriakan di sebuah malam kelam
saat dimana saya baru merasakan sebuah perpisahan antara 2 orang
yang saya sangat sayangi
"gw itu bukan sapi perah"
saya sadar dia sangat menderita.
untuk anaknya.
dan haruskah ku tertampar oleh hal itu?
saya besar dan terbiasa tidak menggunakan perasaan dalam menilai penderitaannya - sama seperti yang dia selalu lakukan
hubungan kami seperti bos - bawahan
hanya soal uang

dia dan saya
tak pernah saling bertanya
tentang perasaan masing-masing
tentang kehidupan masing-masing
kami saling tidak mengenal
dan masing-masing membawa granat
utk saling di lempar

menyedihkan.

0 comments:

Posting Komentar